Minggu, 25 Desember 2016

Integrasi dalam ranah ontology, epistemology, aksiologi

Integrasi Tasawuf Dan Sains

IDENTITAS
Nama                     :    Herawati Hasibuan
NIM                      :    72153002
Prodi/Sem             :    Sistem Informasi-2 / III
Fakultas                 :    Sains dan Teknologi
Perguruan Tinggi   :    UIN Sumatera Utara
Dosen Pengampu  :    Dr. Ja’far, MA
Matakuliah            :    Akhlak Tasawuf

TEMA                        :   Integrasi dalam ranah ontology, epistemology, aksiologi
           
BUKU
Identitas Buku     :   Ja’far, Gerbang Tasawuf: Dimensi Teoretis dan Praktis Ajaran Kaum sufi(Medan: Perdana Publishing, 2016)
Sub 1    :   Integrasi dalam ranah ontology
Sub 2    :   Integrasi dalam ranah epistemology
Sub 3    :   Integrasi dalam ranah Aksiologi

Integrasi dalam ranah ontology
Istilah ontology berasal dari bahasa Yunani, ont yang bermakna keberadaan, dan logos  yang bermakna teori, sedangkan dalam bahasa Latin disebut ontologia, sehingga ontology bermakna teori keberadaan sebagaimana keberadaan tersebut. Otologi dapat dimaknai sebagai ilmu tentang ensensi segala sesuatu. Ontologi merupakan bagian dari metafisika yang merupakan bagian dari filsafat; dan membahas teori tentang keberadaan seperti makna keberadaan dan karakteristik esensial keberadaan.
Para sudi awal memang lebih banyak memfokuskan keapda mesalah kedekatan kepada Allah Swt., tetapi belakangan mereka meluaskan objek kajian tasawuf sampai kepada persoalan wujud, selain tasawuf juga mulai bersinggungan dengan filsafat, sehingga mereka tidak saja membahas dan menyibak hakikat wujud-Nya, tetapi juga wujud alam dan manusia.

Integrasi dalam Ranah Epistemologi
Istilah epistemology berasal dari bahsa Yunani, episteme yang bermakna pengetahuan, dan logos yang bermakna ilmu atau eksplanasi, sehingga epistemology berarti teori pengetahuan. Epistemologi dimaknai sebagai cabang filsafat yang membahas pengetahuan dan pembenaran, dan kajian pokok epostemologi adalah makna oengetahuan, kemungkinan mnusia meraih pengetahuan, dan hal-hal yang dapat diketahui.
Kajian-kajiann ilmu-ilmu alam mengandalkan metode observasi dan eksprimen yang disebur dalam epistemology Islam sebagai metode tajribi yang biasa disebut metode tazkiyah al-nafs. Meskipun ada perbedaan metode, tetapi kedua metode bisa melengkapi dan mendukung satu sama lain. Meskipun lebih banyak mengedepankan metode tajribi (observasi dan eksprimen) dalam mengembangkan ilmu-ilmu alam, tetapi perlu mengambil metode tasawuf dalam menemukan ilmu dan kebenaran, dimana kaum sufi mengutamakan metode tazkiyah al-nafs (penyucian jiwa) dengan melaksanakan berbagai ritual ibadah (al-ibadah) termasuk dzikir, serta melakukan praktik riyadhah dan mujahaddah.

Integrasi dalam Ranah Aksiologi
Istilah aksiologi berasal dari bahasa Yunani, axios yang bermakna nilai, dan logos yang berarti teori. Aksiologi bermakna teori nilai, investigasi terhadap asal, kriteria, dan status metafisik dari nilai tersebut. Dari aspek etika akademik, nilai-nilai luhur tasawuf dapat menjadi landasan etis seseorang ilmuan dalam pengembangan sains dan tekhnologi. Kosep al-maqamat dan al-ahwal dapat menjadi semacam etika profesi seorang saintis sebagai ilmuan Muslim.
Meskipun memiliki banyak kekayaan material, seorang saintis Muslim masa depan harus bersikap zuhud dan fakir, dan menolak harta yang syubhat dan haram. Seorang saintis Muslin harus zuhud dan fakir, dalam arti bahwa ia menampilkan hidup sederhana meskipun memiliki banyak harta; dan bersikap dermawan. Seorang saints muslim harus memiliki sikap sabr (sabar dalam beribadah [termasuk kegiatan riset yang disadari oleh etika religious], sabar dalam menghadapi musibah, dan sabar dari godaan untuk melakukan dosa dan maksiat).
Dengan demikian, saintis muslin masa depan dituntut untuk mengail kearifan dalam ajaran tasawuf, dan dapat  mengintegrasikannya dalam kehidupan akademik dan sosialnya.

KESIMPULAN
Ontologi merupakan bagian dari metafisika yang merupakan bagian dari filsafat; dan membahas teori tentang keberadaan seperti makna keberadaan dan karakteristik esensial keberadaan. Kajian-kajian ilmu-ilmu alam mengandalkan metode observasi dan eksprimen yang disebur dalam epistemology Islam sebagai metode tajribi yang biasa disebut metode tazkiyah al-nafs. Dengan demikian, saintis muslin masa depan dituntut untuk mengail kearifan dalam ajaran tasawuf.

RELEVANSI DENGAN BIDANG
Dalam sedang menjalani jurusan sistem informasi, sebelum membuat system, adabaiknya kita melakukan metode observasi seperti yang telah dijalankan oleh para sufi.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar