Integrasi Tasawuf Dan Sains
IDENTITAS
Nama : Herawati Hasibuan
NIM : 72153002
Prodi/Sem :
Sistem Informasi-2 / III
Fakultas : Sains dan Teknologi
Perguruan Tinggi : UIN
Sumatera Utara
Dosen Pengampu : Dr.
Ja’far, MA
Matakuliah : Akhlak
Tasawuf
TEMA : Integrasi dalam Sejarah Islam
BUKU
Identitas Buku : Ja’far, Gerbang Tasawuf: Dimensi
Teoretis dan Praktis Ajaran Kaum sufi(Medan: Perdana
Publishing, 2016)
Sub
1 : Integrasi
dalam Sejarah Islam
Integrasi
dalam Sejarah Islam
Dalam sejarah
intelaktual Islam klasik, budaya integrasi keilmuan telah dikenal dan
dikemabngkan dengan canggih. Center for Islamic Philosophical Studies and
Information (CIPSI) pernah menyebut 261 ilmuan, teolog, dan saintis muslim yang
menguasai banyak bidang baik ilmu-ilmu kewahyuan maupun ilmu-ilmu rasional
empiric.
Para filsuf
dari mazhab Paripatetik merupakan pemikir Muslim yang mebrhasil
mengintegrasikan filsafat Yunani dengan ajaran islam yang bersumberkan kepada
Alquran fan nhadis, lantaran tema-tema filsafat Yunani diislamisasikan dan
disesuaikan dengan paradigm islam. Diantara prestasi besar mereka sebagai
ilmuan Muslim adalah kemampuan mereka menguasai dan mengintegrasikan ilmu-ilmu
kewahyuan. Secara leilmuan, mereka menguasai benyak disiplin ilmu, dan secara
personal mereka berperan sebagai seorang saintis Muslim yang berpola hidup
religious dan suistik. Kemampuan mereka menguasai ilmu-ilmu religious adalah
dampak dari keyakinan bahwa ilmu-ilmu religious merupakan ilmu-ilmu fardh al-‘ain yang wajib dikuasai dan diambilkan
setiap Muslim apapun profesi mereka.
Selain dari
mazhab Peripatetik, sejarah islam menyabutkan keberadaan para filsuf dari
mazhab Isyraqiyaj dan mazhab Hikmah al-Muta’aliyah yang sukses
mengintegrasikan ilmu-ilmu rasional dengan ilmu-ilmu kewahyuan. Diantara mereka
adalah Suhrawardi (w. 1991) yang dikenal dengan ahli filsafat, tasawuf,
Zoroastrianisme, dan Platonisme.
Dengan
demikian, integrasi ilmu dalam islam bukan hal yang baru. Sebab, para ilmuan
Muslim klasik telah mengerjakan proyek keilmuan tersebut sepanjang masa
keemasan Islam. Paling tidak, secara akademik mereka menguasai seluruh disiplin
ilmu yang berkembang pesat pada masa mereka, bail ilmu-ilmu rasional ilmu-ilmu
empiric, maupun ilmu-ilmu kewahyuan. (Gerbang Tasawuf : Dr. Ja’far MA hl
102-105).
KESIMPULAN
Meskipun mereka seorang filsuf dan sintis, perilaku
hidup mereka merupakan realisasi terhadap teori mereka mengenai filsafat dan
sufisme. Dan mereka sukses mengintegrasikan antara dua jenis ilmu tersebut, dan
mengintegrasikan keduanya dengan keyakinan dan perilaku hidup mereka
sehari-hari.
RELEVANSI DALAM BIDANG
Sebagai salah satu mahasiwi sistem informasi saya
berharap bisa mengintegrasikan ilmu teknologi dengan ilmu yang berbasis hokum
islam serta dengan ilmu-ilmu kewahyuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar